Selasa, 01 April 2014

Kerajaan Holing


 a.  Lokasi Kerajaan
    
     Letak kerajaan holing hingga kini belum dapat diketahui dengan pasti. Hal ini desebabkan tidak adanya penemuan-penemuan berupa prasasti(tulisan), tentang kerajaan Holing ini. Walaupun demikian, Terdapat beberapa pendapat yang menyatakan letak kerajaan Holing.

Menurut Berita Cina

     Berita Cina yang berasal dari Dinasti T’ang menyebutkan bahwa letak kerajaan Holing berbatasan dengan laut sebelah selatan Ta-Hen-La (kamboja) di sebelah utara, Po-Li (Bali) sebelah timur, dan To-Po-Teng di sebelah barat. Nama lain dari Holing adalah Cho-Po (Jawa), sehingga berdasarkan berita tersebut dapat disimpulkan bahwa Kerajaan Holing terletak di Pulau Jawa, Khususnya Jawa Tengah.

Menurut J.L. Moens
     
     J.L. Moens dalam menentukan letak Kerajaan Holing meninjau dari segi perekonomian, yaitu pelayaran dan perdagangan. Menurutnya Kerajaan Holing selayaknya terletak di tepi Selat Malaka, yaitu Semenanjung Malaka. Alasannya, Selat Malaka merupakan selat yang sangat ramai dalam aktivitas pelayaran perdagangan saat itu. Pendapat J.L. Moen itu diperkuat dengan ditemukannya suatu daerah di Semenanjung Malaka bernama daerah Keling.

 b. Sumber Sejarah

    Satu-satunya sumber sejarah yang menyatakan keberadaan Kerajaan Holing/Keling adalah dari berita Cina. Berita ini datang dari pendeta I-Tsing yang menyebutkan bahwa seorang temannya yang bernama Hui-Ning dengan pembantunya bernama Yunki pergi ke Holing tahun 664/ 665 M untuk mempelajari agama Buddha. Ia juga menerjemahkan kitab suci agama Buddha dari bahasa Sansekerta ke bahasa Cina dengan dibantu oleh pendeta agama Buddha dari Holing yang bernama Janabhadra. Menurut keterangan dari Dinasti Sung, kitab yang diterjemahkan oleh Hui-Ning adalah bagian terakhir dari kitab Varinirvana yang mengisahkan tentang pembukaan jenazah sang Buddha.
     Disamping itu, diberitakan bahwa Kerajaan Holing telah beberapa kali mengirim utusan ke Cina. Dari berita itu, dikatakan bahwa Kerajaan Holing telah menjalin hubungan yang sangat luas, walaupun secara politis kedudukannya tidak tinggi.

c. Kehidupan Politik

Berdasarkan berita Cina, disebutkan bahwa Kerajaan Holing diperintah oleh seorang raja putri yang bernama Ratu Sima. Pemerintahan Ratu Sima sangat keras tetapi adil dan bijaksana. Rakyat tunduk serta taat dengan segala perintah Ratu Sima. Tidak seorangpun rakyat atau pejabat kerajaan yang berani melanggar segala perintah Ratu Sima.
     Keadaan seperti ini ingin dibuktikan  oleh raja dari Kerajaan Ta-Che. Raja Ta-Che mengirim mata-mata untuk membuktikan kebenaran dari berita tersebut. Mata-mata dari Kerajaan Ta-Che tersebut meletakan kantong emas di pinggir jalan dekat dengan pasar. Ternyata kurang lebih 3 tahun tidak ada yang berani menyentuh kantong emas tersebut atau mengambilnya. Sehingga pada ketika, Ratu Sima bersama putra mahkota diiringi pejabat-pejabat kerajaan mengadakan perjalanan untuk melihat dari dekat keadaan dan kehidupan masyarakatnya. Namun, tanpa disengaja putra mahkota tersandung kantong emas sampai terjatuh. Melihat kenyataan tersebut, Ratu Sima sangat marah dan memerintahkan untuk menjatuhkan hukuman mati kepada putra mahkota. Akan tetapi berkat nasihat para pejabat istana yang menyatakan putra mahkota tidak bersalah, maka hukuman mati diurungkan. Putra mahkota tetap dijatuhi hukuman dengan memotong jari kakinya yang menyentuh kantong emas tersebut. Melihat kenyataan tersebut, Raja Ta-Che mengurungkan niatnya untuk menyerang Kerajaan Holing.

Jumat, 24 Mei 2013

Agama Hindu


     Pada sekitar tahun 1500 Sebelum Masehi, Bangsa Arya berhasil menaklukan Bangsa Dravida di India, setelah itu lahirlah agama Hindu yang merupakan gabungan antara kepercayaan Bangsa Arya dan Bangsa Dravida. Agama hindu mempunyai banyak dewa(politeisme), namun tiga dewa yang senantiasa di puja, yang lebih dikenal dengan nama Tri Murti, yaitu Dewa Brahmana atau Dewa Pencipta, Dewa Wisnu atau Dewa Pelindung, dan Dewa Syiwa atau Dewa Pelebur.

     Menurut agama Hindu, manusia yang hidup sekarang ini merupakan reinkarnasi dari kehidupan yang sebelumnya. Manusia hidup di dunia ini adalah samsara atau sengsara, apabila kehidupan sebelumnya yang dahulu kurang sempurna atau banyak berbuat dosa. Agama Hindu mengajarkan bahwa tujuan manusia adalah menyatu kembali kepada sumber dari segala sumber, yakni Brahmana. Karena hidup adalah penderitaan, maka tujuan yang akan dicapai adalah bagaimana seseorang terhindar dari dilahirkan kembali agar tidak mengalami penderitaan. Tujuan yang akan diraih adalah Moksha, yaitu terbebaskan dari dilahirkan kembali. Hindu juga disebut sebagai ajaran keselamatan.

    Dalam agama Hindu terdapat empat kasta, yang membedakan antara golongan satu dengan yang lainnya. Pembentukan kasta ini mempunyai tujuan utama untuk menjaga kemurnian ras Bangsa Arya yang dianggap ras paling baik, dibandingkan ras Bangsa Dravida yang dianggap lebih rendah. Berikut empat kasta tersebut:

-Kasta Brahmana: yaitu kasta tertinggi, bertugas menjalani upacara-upacara keagamaan, yang termasuk kasta ini adalah para Brahmana.

-Kasta Ksatria: yaitu bertugas menjalankan pemerintahan, yang termasuk dalam kasta ini adalah raja, bangsawan, dan prajurit.

-Kasta waisya: yaitu kasta dari golongan rakyat jelata, seperti petani dan pedagang.

-Kasta Sudra: yaitu kasta yang paling rendah, seperti budak.

Rabu, 22 Mei 2013

Kerajaan Tarumanegara


       Kerajaan Tarumanegara adalah kerajaan hindu beraliran wisnu yang terletak di wilayah Jawa Barat, dengan pusat kerajaan terletak di sekitar daerah Bogor. Wilayah kekuasaan kerajaan Tarumanegara meliputi daerah Banten, Jakarta, sampai perbatasan Cirebon, sehingga dapat diartikan bahwa pada masa pemerintahan Raja Purnawarman wilayah kekuasaan Kerajaan Tarumanegara hampir menguasai seluruh wilayah Jawa Barat.

        a . sumber sejarah
Sumber- sumber sejarah kerajaan Tarumanegara diperoleh dari berita asing dan prasasti-prasasti. Berikut penjelasannya:
                1. Berita Asing,
     yaitu berita dari Cina. Dari zaman Dinasti T’ang menyebutkan bahwa seorang pendeta yang bernama Fa Hien terdampae di pantau utara Pulau Jawa (414M) ketika ia hendak kembali dari India ke Negeri asalnya di Cina. Dalam catatan perjalanan Fa Hien, ia menyebutkan bahwa di daerah pantai utara Pulau Jawa bagian barat telah ditemukan masyarakat yg mendapat pengaruh Hindu India. Masyarakat yang ditemukan diperkirakan menjadi bagian masyarakat Kerajaan Tarumanegara.

                 2Prasasti,
Berikut beberapa Prasasti yang menerangkan keberadaan Kerajaan Tarumanegara:

- Prasasti  Ciaruteun (Ciampea, Bogor)
- Prasasti  Kebon Kopi (Bogor)
- Prasasti  Jambu (Bogor)
- Prasasti Muara Cianten (Bogor)
- Prasasti Tugu ( Jakarta Utara)
- Prasasti Pasir Awi ( Leuwiliang)
- Prasasti Munjul (Banten)

     Pada prasasti-prasasti tersebut digunakan bahasa Sansekerta dan Pallawa. Namun, karena pada prasasti tidak ditemukan angka tahun, maka untuk menentukan tahun tulisan itu dilakukan perbandingan melalui huruf-huruf pada prasasti yang ditemukan di India. Dari perbandingan tersebut, diperkirakan prasasti  itu ditulis pada abad ke-5 M.

       b .Kehidupan Politik

    Berdasarkan tulisan yang terdapat pada prasasti-prasasti, diketahui bahwa raja yang pernah memerintah di Kerajaan Tarumanegara hanyalah Raja Purnawarman. Bahkan, raja-raja yang memerintah sebelum Raja Purnawarman belum diketahui. Hal tersebut disebabkan tidak ditemukannya bukti yang menjelaskan mengenai raja-raja yang memerintah selain Raja Purnawarman.
    Raja Purnawarman adalah raja besar yang telah berhasil meningkatkan kehidupan rakyat Kerajaan Tarumanegara. Hal ini dapat dibuktikan dari prasasti tugu yang menyatakan Raja Purnawarman telah memerintah untuk menggali satu saluran air. Penggalian saluran air ini sangat besar artinya, karena saluran air ini dapat mempermudah jalur air persawahan rakyatnya.

Teori Masuk dan Berkembangnya Agama Hindu-Buddha ke Indonesia


Penyebaran Agama Buddha di Indonesia

             Penyebaran agama Buddha lebih awal dibandingkan dengan penyebaran agama Hindu. Dalam penyebarannya, agama Buddha mengenal adanya misi penyebaran agama yang disebut Dharmadhuta. Tersebarnya agama Buddha di Indonesia, diperkirakan sejak abad ke-2 Masehi. Hal tersebut dibuktikan dengan penemuan arca Buddha dari perunggu di Jember, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan. Arca-arca itu berlaggam Amarawati. Namun, belum diketahui siapa pembawanya dari India ke Indonesia. Selain itu juga ditemukan arca Buddha dari batu di Palembang.

Penyebaran Agama Hindu di Indonesia

                Proses masuknya agama Hindu ke Indonesia dilakukan oleh kaum pedagang, baik pedagang yg berasal dari India ke Indonesia maupun pedagang Indonesia yang berlayar ke India. Akan tetapi, di lain pihak terdapat beberapa teori yang berbeda mengenai penyebaran agama Hindu ke Indonesia. Berikut beberapa teori tersebut:

          - Teori Sudra : Menjelaskan bahwa penyebaran agama Hindu ke Indonesia dibawa oleh orang-orang India yang berkasta Sudra, karena mereka dianggap sebagai orang-orang buangan.

          - Teori Waisya: Menjelaskan bahwa penyebaran agama Hindu ke Indonesia dibawa oleh orang-orang India yang berkasta waisya. Orang-orang india yang berkasta waisya terdiri atas para pedagang yang datang dan menetap di wilayah Indonesia. Bahkan, diantaranya banyak yang menikah dengan wanita setempat.

          - Teori Ksatria: menjelaskan bahwa penyebaran agama Hindu ke Indonesia dibawa oleh orang-orang India yang berkasta ksatria. Hal tersebut disebabkan karena terjadinya kekacauan politik di India, sehingga para ksatria yang kalah melarikan diri ke Indonesia. Mereka lalu mendirikan kerajaan-kerajaan dan menyebarkan agama Hindu di Indonesia.

          - Teori Brahmana: menjelaskan bahwa penyebaran agama hindu ke Indonesia dibawa oleh orang-orang India yang berkasta Brahmana. Kedatangan mereka ke Indonesia untuk memenuhi undangan kepala suku yang tertarik terhadap agama Hindu. Kaum brahmana inilah yang datang ke Indonesia untuk mengajarkan agama Hindu kepada masyarakat.

 Dari keempat teori tersebut, hanya teori Brahmana yang dianggap sesuai. Hal tersebut dibuktikan dengan beberapa bukti. Bukti-bukti tersebut di antaranya:

          - Agama Hindu bukan agama yang demokratis, karena urusan keagamaan menjadi monopoli kaum Brahman, sehingga hanya kaum Brahmana yang berhak untuk menyebarkan agama Hindu.

          - Prasasti yang pertama kali ditemukan berbahasa Sansekerta, sedangkan di India bahasa tersebut hanya digunakan dalam kitab suci dan upacara keagamaan. Jadi, hanya kaum Brahmana lah yang mengerti dan menguasai bahasa tersebut.

Senin, 02 Januari 2012

kerajaan kutai



       Kerajaan Kutai (Kutai Martadipura) adalah kerajaan bercorak hindu yang terletak di muara Kaman, Kalimantan Timur, tepatnya di hulu Sungai Mahakam. Kerajaan Kutai berdiri sekitar abad ke-4. Nama kerajaan ini disesuaikan dengan nama daerah tempat penemuan prasasti, yaitu daerah Kutai. Hal ini disebabkan, karena setiap prasasti yang ditemukan tidak ada yang menyebutkan nama dari kerajaan tersebut. Wilayah Kerajaan Kutai mencakup wilayah yang cukup luas, yaitu hampir menguasai seluruh wilayah Kalimantan Timur. Bahkan pada masa kejayaannya Kerajaan Kutai hampir manguasai sebagian wilayah Kalimantan.

a. Sumber Sejarah

  
     Sumber yang mengatakan bahwa di Kalimantan telah berdiri dan berkembang Kerajaan Kutai yang bercorak Hindu adalah beberapa penemuan peninggalan berupa tulisan (prasasti). Tulisan itu ada pada tujuh tiang batu yang disebut yupa. Yupa tersebut adalah tugu batu yang berfungsi sebagai tiang untuk menambat hewan yang akan dikorbankan. Dari salah satu yupa tersebut diketahui Raja Mulawarman yang memerintah Kerajaan Kutai pada saat itu. Nama Mulawarman dicatat dalam yupa karena kedermawanannya menyedekahkan 20.000 ekor sapi pada Kaum Brahmana.


b. Kehidupan Politik

     Sejak muncul dan berkembangnya pengaruh hindu (India) di Kalimantan Timur, terjadi perubahan dalam kepemerintahan, yaitu dari pemerintahan suku dengan kepala suku yang memerintah menjadi kerajaan dengan seorang raja sebagai kepala pemerintahan. Berikut beberapa raja yang pernah memerintah Kerajaan Kutai:

- Raja Kudungga
     Adalah raja pertama yang berkuasa di kerajaan kutai. Dapat kita lihat, nama raja tersebut masih menggunakan nama lokal sehingga para ahli berpendapat bahwa pada masa pemerintahan Raja Kudungga pengaruh Hindu baru masuk ke wilayahnya. Kedudukan Raja Kudungga pada awalnya adalah kepala suku. Dengan masuknya pengaruh Hindu, ia mengubah struktur pemerintahannya menjadi kerajaan dan mengangkat dirinya sebagai raja, sehingga penggantian raja dilakukan secara turun temurun.

- Raja Aswawarman
     Prasasti yupa menceritakan bahwa Raja Aswawarman adalah raja yang cakap dan kuat. Pada masa pemerintahannya, wilayah kekuasaan Kutai diperluas lagi. Hal ini dibuktikan dengan dilakukannya Upacara Asmawedha pada masanya. Upacara-upacara ini pernah dilakukan di India pada masa pemerintahan Raja Samudragupta ketika ingin memperluas wilayahnya. Dalam upacara itu dilaksanakan pelepasan kuda dengan tujuan untuk menentukan batas kekuasaan Kerajaan Kutai ( ditentukan dengan tapak kaki kuda yang nampak pada tanah hingga tapak yang terakhir nampak disitulah batas kekuasaan Kerajaan Kutai ). Pelepasan kuda-kuda itu diikuti oleh prajurit Kerajaan Kutai.

-Raja Mulawarman
      Raja Mulawarman merupakan anak dari Raja Aswawarman yang menjadi penerusnya. Raja Mulawarman adalah raja terbesar dari Kerajaan Kutai. Di bawah pemerintahannya, Kerajaan Kutai mengalami masa kejayaannya. Rakyat-rakyatnya hidup tentram dan sejahtera hingga Raja Mulawarman mengadakan upacara kurban emas yang amat banyak.

c. Runtuhnya Kerajaan Kutai

          Kerajaan Kutai runtuh saat raja Kerajaan Kutai terakhir yang bernama Maharaja Dharma Setia tewas di tangan Raja Kutai Kartanegara ke-13, Aji Pangeran Anum Panji Mendapa. Kerajaan Kutai Kartanegara selanjutnya menjadi Kerajaan Islam yang bernama Kesultanan Kutai Kartanegara.